Himbauan

Para Anggota Pesikian Swa Wandawa Yth, tolong isi poling berikut ini. Terimakasih.

Apa pendapat anda tentang keberadaan Merajan Ageng Karangenjung?

kori

kori
puri karangenjung
Powered By Blogger

Rabu, 06 Juli 2011

SEKILAS TENTANG PAHLAWAN NASIONAL

SEKILAS TENTANG PAHLAWAN NASIONAL

ALM. I GUSTI AGUNG PUTU RAI

PURI KARANGENJUNG DESA SEMBUNG

KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

Keluarga besar Swa Wandawa Sembung Karangenjung patut berbangga karena salah seorang warganya mendapat gelar “Pahlawan Nasional”. Beliau adalah almarhum I Gusti Agung Putu Rai putra dari almarhum I Gusti Agung Made Oka yang dilahirkan dari salah seorang istrinya yang bernama Jero Somanasa. Sebagaimana diketahui almarhum I Gusti Agung Made Oka mempunyai tiga orang istri. I Gusti Agung Putu Rai adalah tiga bersaudara kandung (satu ibu). Beliau adalah saudara tertua dari dua adik-adik beliau, yaitu almarhum I Gusti Agung Nyoman Karang dan I Gusti Agung Ayu Ketut Rai.(diperistri oleh almarhum Ida Bagus Raka dari Geria Gede Sembung). I Gusti Agung Nyoman Karang semasa jaman perjuangan, juga adalah seorang pejuang yang sangat perkasa membela tanah air, tidak hanya di Bali, tapi juga berjuang ke daerah lain, seperti Jakarta, Makasar dan lain-lain. Setelah Indonesia merdeka, beliau mengabdikan diri di bidang dunia pendidikan (Taman Siswa, dan PR. Saraswati) sampai akhir hayatnya.

Almarhum I Gusti Agung Putu Rai adalah seorang pahlawan nasional dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam perjuangannya beliau sangat cerdik dan licin menyembunyikan diri, agar tidak diketahui oleh NICA (Belanda), dengan memakai nama samaran Windu Segara. Namun demikian nasib berkata lain, karena akhirnya tindak-tanduknya ternyata diketahui oleh pihak NICA. Sebagai akibatnya tahun 1947 yaitu setelah berakhirnya pertempuran yang sangat heroic di Marga, yang dikenal dengan “Puputan Margarana” tanggal 20 Nopember 1946, beliau kemudian diambil dari tempat tahanannya di tangsi NICA di Sembung dan dalam keadaan tangan terikat kebelakang. Beliau dieksekusi/ditembak mati di pinggiran tukad Yeh Dangkang di utara Desa Cau Belayu Tabanan. Pihak keluarga diberitahu oleh pasukan NICA bahwa tadi malam beliau melarikan diri.

Jenazah beliau kemudian oleh masyarakat khususnya warga Banjar Karangenjung dibawa ke Puri Karangenjung. Pada watu pengambilan jenazah penulis secara langsung ikut melihat ke tempat lokasi penembakan, dimana jenazah diangkut/digotong dengan memakai pelepah kelapa (dibandut dengan pelepah kelapa). Luka yang sangan parah pada jasad beliau adalah luka di kepala bagian belakang sampai batok kepalanya hamper terlepas.

Karena keadaan dan situasi pada saat itu masih genting (gawat), maka beliau kemudian dimakamkan dengan cara ditanam (mapendem) tanpa diaben. Barulah kemudian tahun 1950 beliau dipalebon/diaben bersama-sama nenek beliau almarhum I Gusti Ayu Raka. Pada waktu pendirian Makam Pahlawan Margarana jasad beliau juga dibuatkan Tugu Peringatan bersama-sama pahlawan kemerdekaan lainnya. Letak/tempat tugu beliau adalah di deretan/baris nomer ……….di belakang pusara almarhum Pahlawan Nasional Brigjen Anumerta I Gusti Ngurah Rai.

Patut kiranya diketahui bahwa beliau adalah seorang yang berbudi sangat luhur, yang sangat menghormati keluarga, khususnya ayahendanya yang pada saat itu masih hidup. Hal ini terbukti almarhum tidak semata-mata mementingkan diri sendiri, dengan tidak ikut menyingkir atau bersembunyi bersama-sama teman seperjuangan. Sebagai resiko apabila menyingkir/sembunyi maka keluarga Puri Karangenjung harus wajib lapor dan menginap di Tangsi NICA yang ada di Sembung, sebagaimana keluarga pejuang-pejuang yang menyingkir.

Semasa hidupnya beliau sempat belajar ngewayang atau menjadi dalang wayang kulit, dimana beliau termasuk pandai dan cepat bisa mendalang. Sempat pula beliau ngewayang di beberapa tempat di sekitar Desa Sembung.

Demikianlah sekilas tentang Pahlawan Nasional almarhum I Gusti Agung Putu Rai yang memperoleh penghargaan atas jasanya dari Markas Besar Legiun Vetran Republik Indonesia Nomer 1756/M/XI/2002 tanggal 5 Nopember 2002 (Petikan Surat Keputusan Mentri Pertahanan dengan predikat: Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia). Sebagai suatu penghargaan pula, nama besar beliau diabadikan pula untuk nama Lapangan Pemda Badung yang ada di Desa Sembung Banjar Karangenjung. Sejak kepemerintahan Anak Agung Gde Agung sebagai Bupati Badung, lapangan tersebut dikembangkan menjadi lapangan tembak Kabupaten Badung.

Akhir kata penulis berharap para pembaca berkenan memberikan kritik atau saran,karena penulis sadar bahwa tulisan ini sudah pasti banyak kekurangannya. Namun demikian itulah yang penulis ingat, walaupun kejadian tersebut secara langsung saksikan, yang mana saat itu umur penulis kurang lebih enam tahun.

Sekian.

Mayun Sudharta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar